Pada suatu hari di awal perkuliahan setelah mid-term semester 3, saya mendapatkan tugas yang sangat berat untuk dijalankan dengan membayangkan, yaitu menjadi account officer. Tapi namanya juga ‘tugas’ ya mau-tidak-mau harus dijalankan. Setelah saya memulainya dengan memasang target/sasaran yang akan dijadikan sebagai calon nasabah saya. Eh btw – by the way/ngomong-ngomong – saya lupa menjelaskan apa itu AO (baca: account officer). AO adalah seseorang yang bekerja pada sebuah lembaga keuangan yang bertugas untuk mencari konsumen lembaga tersebut, nasabah, yang akan membeli berbagai produk keuangan, bisa dibilang seperti sales agent dari lembaga keuangan. Hmm. Kembali lagi ke perjalanan saya menjadi AO. Setelah saya menetapkan target, saya mulai kebingungan harus mulai dari siapa dulu, jadi ya saya mencoba mulai dari teman-teman ngopi. Ironisnya, setelah saya sudah kelelahan menjelaskan instansi apa itu dan produk-produknya, ternyata mereka SEMUANYA sedang mengalami krisis finansial individu (baca: kere). Sebenarnya kesalahan terletak pada saya, yang lupa melihat tanggal ‘bermainnya’ yang ternyata akhir bulan. Ya dimaklumi lah, namanya juga mahasiswa. Saya mulai beralih target ke yang lain, mulai dari yang paling muda (anak-anak) sampai orang tua, tidak ada yang tertarik. Saat itulah saya sangat galau dengan tugas ini, sangat berat rasanya, dikarenakan masih banyak tugas-tugas mata kuliah lain yang belum selesai (no offense ya), juga (sedikit) kesalahannya karena telat mulai menjalani profesi dadakan ini. Singkat cerita, saya kembali menawarkan produk ini ke teman-teman ngopi saya yang tadi, dan mereka sudah bersedia setelah saya menjelaskan lebih paten lagi. Meskipun hanya empat orang yang bersedia membeli 2 produk tamita dan 2 produk tadidik. Yang bikin tertarik di tamita adalah karena produk yang ini katanya lebih sederhana dan hampir sama dengan produk tabungan di bank konvensional. Sedangkan yang memilih untuk bermain di tadidik, karena kedua orang tersebut sangat fokus dengan dunia perkuliahannya dan tertarik dengan produk ini karena memang diperuntukkan bagi pelajar peduli masa depan dan rajin menabung. Akhirnya, saya lolos juga dari permainan ini dan banyak pengalaman yang dapat dipelajari. Mudah-mudahan dapat diimplementasikan di masa depan.
"The golden age has passed. The sophists, economists and calculators have replaced the time" – Edmund Burke
Discussion Tags
Translate Page
Showing posts with label Microfinance. Show all posts
Showing posts with label Microfinance. Show all posts
Friday, January 6, 2012
Tugas Review Artikel: Enam Tantangan Lembaga Kredit Mikro
Review dari saya adalah :JAKARTA, KOMPAS.com – Pengembangan lembaga kredit mikro atau LKM di Indonesia saat ini masih dihadang enam tantangan yang harus dipecahkan agar pertumbuhannya maksimal. Keenam tantangan ini perlu dicari solusinya agar LKM mampu menembus hingga ke lapisan masyarakat yang paling sulit dijangkau di daerah.Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengungkapkan keenam tantangan LKM itu di Jakarta, Rabu (26/1/2011).Menurut Hatta, tantangan pertama adalah operasional LKM yang menghimpun dana dari masyarakat belum memiliki dasar hukumnya. Sebab, undang-undang (UU) perbankan yang ada saat ini hanya memberikan kewenangan pemungutan dana masyarakat pada perbankan nasional.“Undang-undang perbankan hanya mengizinkan bank yang menghimpun dana masyarakat, sehingga pengamanan dana masyarakat menjadi terbatas dan sulit. LKM belum mendapatkan izin belum dijamin UU. Mendorong masyarakat untuk menabung. Tidak semua perbankan punya jaringan di pedesaan. Sehingga ada inefisiensi perputaran dana masyarakat. Dana masyarakat harus dilindungi,” ujarnya.Tantangan kedua adalah merumuskan dasar hukum LKM yang selaras dengan lembaga lain. LKM harus memberi perlindungan yang berasaskan kehati-hatian. Tantangan ketiga, membangun pengawasan, karena LKM tersebar hingga wilayah terpencil.“Untuk tujuan pengawasan ini, BPD (Bank Pembangunan Daerah) menjadi tangan pemerintah daerah (pemda), sehingga BPD harus membangun jaringan dengan UMKM. BPD membangun lagi dengan sistem di atasnya yang merupakan sistem keuangan yang lebih besar lagi, sehingga sistem keuangan kita terhubung. Aliran dana terhubung hingga ke pedesaan,” katanya.Adapun tantangan keempat adalah rendahnya pembinaan UMKM. Pemerintah daerah, khususnya provinsi memiliki kelengkapan infrastruktur dan kewenangan penerbitan izin pendirian LKM. Tantangan kelima, perlu mengintegrasikan LKM pada sektor keuangan. Ini memerlukan kepatuhan dan tata kelola yang baik serta pengawasan yang teratur untuk memastikan keberlanjutan pelayanan keuangan LKM pada masyarakat miskin dalam jangka panjang.“Tantangan keenam adalah mengimplementasikan peran pemerintah yang tepat dalam pengembangan keuangan mikro. Mendorong LKM menjadi katalisator pengembangan kewirausahaan. Itu perlu menjadikan LKM sebagai inkubator bisnis, sebab tidak mungkin meningkatkan kapasitas kalau tidak ada instrumennya. LKM tidak hanya membantu pembiayaan tetapi mendorong minat wirausaha masyarakat miskin,” ungkap Hatta.
Sumber: http://smeindonesia.com/?p=69
Monday, January 2, 2012
Ironi Kemiskinan di Aceh
Oleh: T. Bahran Basyiran, Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Persentase penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Aceh pada tahun 2011 sebesar 19,57 persen. Angka ini menurun dibandingkan dengan tahun 2010 yang sebesar 20,98 persen. Penurunan persentase penduduk miskin tersebut terjadi di daerah perkotaan dan perdesaan.
Persentase penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Aceh pada tahun 2011 sebesar 19,57 persen. Angka ini menurun dibandingkan dengan tahun 2010 yang sebesar 20,98 persen. Penurunan persentase penduduk miskin tersebut terjadi di daerah perkotaan dan perdesaan.
Pada periode 2010 - 2011, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit.
Dari sekumpulan data BPS Aceh di atas mengenai persentase penduduk miskin 2004-2011, dapat dilihat bahwa angka kemiskinan terus menurun mulai dari tahun 2005 (hanya terjadi kenaikan 0,32% pada rentang 2004-2005). Tentu ini merupakan suatu hal yang positif bagi daerah. Tapi, persentase kemiskinan di Aceh hampir setengah lebih besar dari kemiskinan di seluruh Nusantara. Salah satu data yang range perbedaannya lebih besar terjadi pada tahun 2005, kemiskinan di Aceh sebesar 28,69% sedangkan Indonesia secara keseluruhan sebesar 15,97%, selisih 12,72%. Untuk data tahun 2010, Aceh menduduki peringkat ke-7 klasemen dengan persentase kemiskinan tertinggi. Wow tragis!
Ironisnya, Aceh memiliki anggaran belanja yang cukup besar yaitu Rp8,25 Trilliun, belum lagi ditambah dengan dana otonomi khusus sebesar Rp3 Trilliun. Dan juga seperti yang kita ketahui, di Aceh banyak terdapat sumber daya alam yang besar, seperti dunia perindustrian (khususnya pertambangan) di Kabupaten Aceh Utara. Luar biasa memang kekayaan yang dimiliki oleh Aceh, tapi sayangnya kemiskinan masyarakatnya ke-7 di Indonesia dan peringkat kedua terbanyak daerah tertinggal (setelah Papua). Sangat sangat sangat ironis. Huh.
Masril Koto: Pendiri Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) Prima Tani yang Tidak Lulus SD
Masril Koto adalah pendobrak kebekuan fungsi intermediasi industri perbankan di bidang pertanian. Bersama para rekannya, petani yang tak tamat sekolah dasar itu mendirikan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) Prima Tani di Nagari Koto Tinggi, Kecamatan Baso, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, pada 2007.
LKMA Prima Tani di Nagari Koto Tinggi itu menjadi cikal bakal program pengembangan usaha agribisnis pedesaan (PUAP) nasional. Kini, lebih dari 300 unit LKMA telah berdiri di seantero Sumbar atas dorongannya.
Setiap hari, Masril berkeliling ke beberapa wilayah Sumbar dengan sepeda motor keluaran tahun 1997, yang disebutnya suka ”agak berulah sedikit” hingga kadang masuk-keluar bengkel.
Akibat sering berkeliling, Masril relatif sulit ”ditangkap”. Selama singgah dari satu tempat ke tempat lain itu, atas undangan kelompok tani, Masril selalu memotivasi agar LKMA didirikan sebagai solusi permodalan petani. Maka, dalam ranselnya tersimpan aneka perlengkapan penunjang aktivitas, seperti spidol, beragam contoh dokumen pendukung pendirian dan operasional LKMA, serta laptop.
Tuesday, October 18, 2011
Kemiskinan di Aceh
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin 2004 – 2010
Tahun | Jumlah (Ribu Jiwa) | Persentase | ||||
Kota | Desa | Jumlah | Kota | Desa | Jumlah | |
2004 | 198,70 | 957,50 | 1.156,10 | 17,49 | 32,57 | 28,37 |
2005 | 222,90 | 943,50 | 1.166,40 | 19,04 | 32,60 | 28,69 |
2006 | 226,90 | 922,80 | 1.149,70 | 19,22 | 31,98 | 28,28 |
2007 | 218,80 | 864,70 | 1.083,60 | 18,68 | 29,87 | 26,65 |
2008 | 195,80 | 763,90 | 959,70 | 16,67 | 26,30 | 25,53 |
2009 | 182,20 | 710,70 | 892,90 | 15,44 | 24,37 | 21,80 |
2010 | 173,37 | 688,48 | 861,85 | 14,65 | 23,54 | 20,98 |
Penduduk Miskin / Maret 2011
Persentase penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Aceh pada tahun 2011 sebesar 19,57 persen. Angka ini menurun dibandingkan dengan tahun 2010 yang sebesar 20,98 persen. Penurunan persentase penduduk miskin tersebut terjadi di daerah perkotaan dan perdesaan.
Pada periode 2010 - 2011, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit.
Laporan Bisnis (Grameen Bank's Game) : Penjualan DVD Bekas Berkualitas dengan Harga yang Pantas
1. Latar Belakang
Dengan melihat banyaknya kaset (DVD) Film yang tersimpan baik dan tidak digunakan lagi (karena sudah ditonton) baik itu punya saya maupun punya teman-teman (atau orang lain), hal tersebut terlihat seperti menelantarkan harta dan itu merupakan salah satu sifat moderat (mubazir). Sehingga terlintas niat untuk menjual kaset-kaset tersebut dengan harga yang murah, setengah dari harga kaset baru (harga yang berlaku pada toko-toko kaset di Banda Aceh), yaitu Rp4.000 per keping. Jadi, bisnis ini saya namakan “Penjualan DVD Bekas, Berkualitas, dengan Harga yang Pas”.
2. Segmentasi Pasar
Pada bisnis ini, bauran pemasaran atau segmentasinya adalah kaum remaja/pemuda yang meliputi siswa Persekolahan, Mahasiswa, dan pemuda di kalangan umum lainnya. Khusus pada mahasiswa, film sangat dibutuhkan mengingat pada akhir kuliah ada persyaratan kelulusan, yaitu TOEFL dan menonton film merupakan solusi yang tepat untuk belajar Bahasa Inggris.
Saturday, October 15, 2011
Aktivitas Penjualan: Bisnis Kaset DVD bekas yang berkualitas
Kini Harga DVD Telah Menjadi Rp 4000/keping!!!
Dijual sejumlah DVD film bekas (tidak original) dengan kualitas gambar original, kualitas yang masih baik, dan subtitle yang baik pula dengan harga miring, yaitu Rp 4000/DVD.Berikut ini merupakan judul-judul film yang tersedia :
1. Fast & Furious 5 – Action, Crime (Recommended)
2. Letters from Iwo Jima – War, Drama (Recommended)
3. Lions for Lambs – Action, War, Politic (Recommended)
4. Invictus – Historical, Inspirational, Sport (Recommended)
5. Sherlock Holmes – Action, Crime, Thriller (Recommended)
6. The Tourist – Action, Romance (Recommended)
7. The Book of Eli – Action, War, Adventure (Recommended)
8. Due Date – Comedy, Adventure (Recommended)
9. Paul – Sci-fi, Comedy, Adventureland (Recommended)
10. Battle of Los Angeles 2 – Action, War, Sci-fi (Recommended)
11. Paranormal Activity 2 – Horror (Recommended)
Thursday, October 13, 2011
Apa itu Microfinance (Keuangan Mikro) ?
Untuk merespon permintaan jasa keuangan bagi orang yang berpendapatan rendah yang sebagian besar berlokasi di Negara berkembang, pada tahun 70-an produk-produk baru dan berbagai metodologi telah mulai dikembangkan pada sebuah industry yang dikenal sebagai Microfinance. Pada Negara-negara berkembang, di mana hal tersebut melayani banyak kebutuhan, mereka sering tertinggal atau bahkan tidak sama sekali. Microfinance bertujuan untuk mengisi kekosongan dan memberikan akses jasa keuangan seperti menabung, kredit, asuransi, dan transfer uang untuk orang yang dinyatakan akan terus tidak terlayani. Secara umum berlaku bahwa microfinance merupakan sebuah alat kekuatan pembangunan ekonomi. Microfinance institutions (MFIs) – Lembaga Keuangan Mikro (LKM) – memberikan jasa keuangan untuk orang miskin dan berpendapatan rendah, atau UMKM yang kecil atau tidak memiliki akses system keuangan formal.
Thursday, September 29, 2011
5 Makanan yang Identik dengan Kemiskinan di Indonesia
Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dengan pendapatan dibawah 1 dollar AS per hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah 2 dollar AS per hari. Di Indonesia banyak faktor yang menyebabkan sebagian rakyatnya hidup dalam keadaan serba kekuarangan, salah satunya kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah dan swasta. Sehingga untuk mengisi perut yang keroncong pun dengan makanan seadanya, seperti 5 makanan berikut ini:
Sunday, September 18, 2011
Kemiskinan di Kehidupan Sekitar (Indonesia), Khususnya di Aceh
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin 2004 – 2010
Tahun | Jumlah (Ribu Jiwa) | Persentase | ||||
Kota | Desa | Jumlah | Kota | Desa | Jumlah | |
2004 | 198,70 | 957,50 | 1.156,10 | 17,49 | 32,57 | 28,37 |
2005 | 222,90 | 943,50 | 1.166,40 | 19,04 | 32,60 | 28,69 |
2006 | 226,90 | 922,80 | 1.149,70 | 19,22 | 31,98 | 28,28 |
2007 | 218,80 | 864,70 | 1.083,60 | 18,68 | 29,87 | 26,65 |
2008 | 195,80 | 763,90 | 959,70 | 16,67 | 26,30 | 25,53 |
2009 | 182,20 | 710,70 | 892,90 | 15,44 | 24,37 | 21,80 |
2010 | 173,37 | 688,48 | 861,85 | 14,65 | 23,54 | 20,98 |
Penduduk Miskin / Maret 2011
Persentase penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Aceh pada tahun 2011 sebesar 19,57 persen. Angka ini menurun dibandingkan dengan tahun 2010 yang sebesar 20,98 persen. Penurunan persentase penduduk miskin tersebut terjadi di daerah perkotaan dan perdesaan.
Pada periode 2010 - 2011, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit.
When Poverty Forces to Sell Organ!
Artikel Tentang "When Poverty Forces to Sell Organ!" (In English) yang Dikutip dari Situs SME Indonesia
Tanggapan pribadi:
Tanggapan pribadi:
Negara yang kita bahas sekarang ini adalah Bangladesh, di mana kemiskinan sebesar 40% dari penduduknya yang secara umum sulit untuk memenuhi kebutuhan pokok di dalam kehidupannya dan membuang status kemiskinan mereka. Dengan kurangnya akses pendidikan di Bangla – sebutan akrab Bangladesh – yang menyebabkan banyak penduduknya yang terjebak dalam kemiskinan. Parahnya, penduduk yang berpendidikan pun tidak produktif sebagaimana mestinya.
Saturday, September 17, 2011
Seputar Kemiskinan di Dunia (Edisi Foto)
Kelaparan yang berujung kematian di negara-negara miskin Afrika
Seorang bocah Bangladesh yang merupakan salah satu dari sekian banyak korban kemiskinan di negaranya.
Subscribe to:
Posts (Atom)