Translate Page

Monday, September 24, 2018

Mempersiapkan Studi ke Luar Negeri: Beasiswa LPDP (Finally, Yay!)



atau
Mimpi itu... Harus Dijemput (Bagian 3/Tamat)

*tulisan di bawah ini dimaksudkan untuk menutup seri 'Mimpi Itu...'. Iya, setelah setelah satu tahun tulisan ini bisa diselesaikan hehehe
**Klik disini untuk teman-teman yang sebelumnya mau baca Bagian 1 dan Bagian 2 dari serial "Mimpi Itu... Harus Dijemput"


Jakarta, 15 Agustus 2018

Setelah mengalami beberapa kegagalan dalam mempersiapkan studi ke luar negeri dan seleksi beasiswa di tahun 2015, saya akhirnya berhasil mendapatkan mendapatkan skor IELTS yang mumpuni untuk mendaftar di seleksi LPDP dan kampus-kampus yang saya tuju pada Maret 2016. 

Sebelum  saya bersiap melaksanakan seleksi LPDP dan sekaligus mendaftar kampus-kampus baik di UK dan di Jerman, juga salah satu kampus di Malaysia. Akhirnya saya mendapatkan beasiswa LPDP ke UK dan unconditional LoA dari kampus-kampus yang saya daftar di UK seperti King’s College London, University of Edinburgh, University of Exeter, University of Leeds dan SOAS, University of London. Pada akhirnya saya memilih untuk melanjutkan studi master saya di SOAS karena memang sejak awal SOAS adalah tujuan utama saya.

Setelah perjalanan panjang untuk melanjutkan studi dengan beasiswa, saya merasa ada perubahan yang signifikan dalam proses mempersiapkan segala seleksi tersebut. Saya mencoba untuk membagi pengalaman saya ke dalam tips-tips mempersiapkan studi ke luar negeri dengan beasiswa LPDP.

Berikut adalah langkah-langkahnya secara berurutan:

1. Specify your intention
Saya membagi niat dalam tiga jenis, yaitu:
  • Personal: Niat melakukan studi harus dimulai dari untuk perbaikan diri sendiri. Ada berbagai bentuk niat personal, contohnya trait-trait yang ingin ditingkatkan, seperti haus akan ilmu, keingintahuan yang dalam, keinginan untuk hidup mandiri. 
  • Profesional: Niat profesional maksudnya bukan membuat harapan bahwa studi di luar negerilah yang memberikan kemudahan kita dalam mendapatkan pekerjaan. Tapi bagaimana studi di luar negeri bisa meningkatkan kemampuan profesional yang lebih dapat diaplikasikan.
  • Sosial: Kenapa perlu ada niat sosial? Studi di luar negeri, belajar dan hidup di negeri orang, akan menjadi sia-sia ketika tidak dapat kebermanfaatan bangsa, negara, agama, dan manusia secara global. Seminimalnya, keberadaan kita setelah mendapatkan ilmu yang lebih harus membawa perubahan yang lebih baik paling tidak bagi orang dan lingkungan di sekitar kita.
Apapun niat yang dimiliki masing-masing dari kita pastikan untuk memulai persiapan ini dengan niat baik dan tulus.Yang paling utama adalah untuk perbaikan diri sendiri.

TIPS: Niat ini akan tercermin pada wawancara beasiswa, pendaftaran kampus hingga ketika selesai studi. Ceritakan niat ini pada siapa saja yang bertanya apa rencana kamu di masa depan. Pencari beasiswa yang memiliki niat sosial pasti akan lebih diperhatikan. Seleksi-seleksi yang ada berguna untuk memilih orang yang pantas dan akan memberi dampak bagi sekitarnya ketika diberikan beasiswa tersebut. 

2. Plan your preparation
  • Plan your target – program, jurusan, universitas, negara tujuan, beasiswa
  • Plan your time – kapan semua itu dibuka dan ditutup, serta buat estimasi waktu untuk mempersiapkan semua berkas dan persyaratannya.
  • Plan your moves – buat list apa-apa saja yang harus dikerjakan dan buat timetable
  • Plan your back up plan – Penting! Because life does not always got the way we want to.
TIPS: Buat progress journal / progress board. Setiap orang punya pace masing-masing untuk menyiapkan semuanya tapi dengan adanya dua hal tersebut bisa mengukur kemajuan dan menghindari ketertinggalan. Mengenali diri sendiri dan mengukur kemampuan diri juga penting. Target waktu dan tujuan orang berbeda-beda.

3. Prepare and Practice
Siapkan semua secara detail dan sesuai persyaratan. Kemudian practice. Latihan sesering mungkin entah itu persiapan bahasa, wawancara beasiswa, making motivation letter.

4. Setelah eksekusi, EVALUASI. Kenali diri masing-masing. Apa yang menjadi Strength, Weakness, Opportunity dan Threats.

Sementara itu,


5. Find your teammates coach. Kelilingi dengan orang2 dengan visi dan tujuan yang sama guna mengingatkan, memotivasi, mengawani. Find your coach karena mereka yang lebih dulu berhasil sudah punya pengalaman dan BERHASIL melewati semua persiapan dan seleksi-seleksi beasiswa sehingga mereka sudah tahu bagaimana mempersiapkannya.

6. Pray
Manusia tidak punya kuasa sedikitpun atas apapun yang akan terjadi di masa depan. Tingkatkan ibadah perbanyak doa, mintai restu orang tua saudara dan lain-lain dan bersikap baiklah pada mereka. Namun berdoalah dengan optimis karena doa yang didasari dengan niat yang tulus (liat poin 1) in syaa Allah akan dimudahkan jalannya.

7. Be active and do more effort
Biasakan untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya dengan cara-cara yang ada. Ketika ada hal yang kurang jelas, coba cari dan baca Frequently Asked Questions yang ada di   website pemberi beasiswa. Jika hal tersebut belum ditanyakan atau belum ditemukan jawabannya, tanyakan pada orang yang memiliki kapasitas untuk menjawab pertanyaan teman-teman Ini juga sangat berguna untuk melatih diri. Kebiasaan untuk ‘disuapi’ tidak akan membuat teman-teman survive kuliah di luar negeri.

Beasiswa LPDP

1. Berkas yang perlu disiapkan:
a. Surat keterangan sehat dari RSUD
b. Esai Rencana Studi
c. Esai Kontribusi untuk Indonesia
d. Sertifikat bahasa asing
e. Surat rekomendasi
f. IPK >3.00 skala 4.00

cek lebih lengkap di www.lpdp.kemenkeu.go.id

2. Proses seleksi dan bagaimana menyiapkannya:
a. Seleksi administratif = perhatikan detail dan kelengkapan berkas
b. Seleksi substantif = persiapkan pertanyaan-pertanyaan berikut jawabannya kemudian latih dengan bantuan seorang coach. Antisipasi pertanyaan-pertanyaan personal dan akademis. Ikuti isu-isu terkini dan kontemplasikan apa solusi yang bisa ditawarkan.

3. Fasilitas yang didapatkan dari beasiswa LPDP
Variety of allowance.
Persiapan Keberangkatan.
Network (as awardee and alumni)
Research and conference funds.💪🏻😄💧💧

Sebagai penutup, usaha mencari beasiswa dan mempersiapkan studi ke luar negeri bukan sebuah proses yang mudah. Namun proses ini menjadi penting untuk mengenali diri sendiri dan meningkatkan kualitas diri. So, enjoy every step of the process.

Pada masa perkuliahan nanti pun, belajar, tugas-tugas, ujian, dan kehidupan di luar negeri tidak akan menjadi mudah. Namun, dengan sudah melewati perjuangan untuk mendapatkannya, maka studi pun menjadi hal yang lebih disyukuri.
Menikmati proses ini juga menjadikan teman-teman lebih memahami bahwa setiap orang memliki pace yang berbeda dalam hidup. Ada orang-orang yang baru satu kali mendaftar beasiswa kemudian lulus. Sementara kita mungkin menghadapi kegagalan, penolakan dan harus mencoba berkali-kali baru kemudian sukses, lolos dan mendapatkan apa yang kita mau.

Bagi teman-teman yang mengalami kegagalan, saya sangat support untuk mempersiapkan lagi semuanya dari awal. Mungkin tidak semua langkah-langkah di tulisan ini efektif untuk teman-teman. Tapi terus coba lagi dan coba lagi. Habiskan jatah gagal teman-teman, simply karena kita tidak tahu percobaan yang mana dan yang keberapa yang membawa kita ke keberhasilan. Semangat!


Pada Kopdar di Sahabat Beasiswa chapter Depok tanggal 28 Juli kemarin, teman-teman antusias untuk ikut berdiskusi di akhir penjelasan saya. Berikut akan saya coba rangkum menjadi tiga poin saja untuk sekaligus menutup tulisan saya kali ini.

1. Manakah yang lebih sulit ketika mempersiapkan studi dan beasiswa atau ketika menjalani studi di luar negeri itu sendiri?

Bagi saya lebih sulit ketika menjalani studi di luar negeri dibandingkan dengan masa-masa menyiapkannya. Karena studi yang dijalani berada di lingkungan, bahasa, sistem belajar dan perkuliahan juga budaya yang berbeda. Hal-hal tersebut memaksa saya untuk beradaptasi secara lebih. Terutama pada sistem belajar karena perbedaan sistem yang jauh dengan yang saya alami di program sarjana di dalam negeri. Saya merasa ‘kaget’ dan kesulitan namun saat itu saya berpikir hal ini harus dilawan seperti perasaan tidak bisa, malu, takut salah, dan lain-lain. Karena hal tersebut hanya ada di dalam kepala kita.

2. Apa yang harus dilakukan bagi kami pencari beasiswa dan ingin meneruskan studi di luar negeri tapi juga bekerja secara full time?

Buat timeline dua kali lebih dulu dari teman-teman freshgraduate yang waktu dan tenaganya masih banyak. Lawan perasaan malas dan sisihkan waktu setiap hari meskipun sedikit untuk mempersiapkan berkas atau latihan. Kuatkan niat, persiapkan jauh-jauh hari dan minta support dari atasan dan rekan-rekan di tempat kerja, lalu team up dengan teman-teman fresh graduate / lebih muda untuk saling support.

3. Apakah studi di luar negeri itu mudah? Karena banyak sekali postingan di dunia maya tentang para pelajar di luar negeri yang sedang berliburan?

Percayalah, hal itu hanya pada yang nampak, dan terlihat menyenangkan. Itu hanyak bentuk promosi agar teman-teman pun bersemangat untuk memproses persiapan studi teman-teman. Jika yang mereka posting adalah deadline tugas yang tidak ada hentinya, final exams yang jadwalnya berdekatan, komentar professor yang tajam dan menjatuhkan, teman-teman yang sangat independent, belum lagi kadang musim dan cuaca yang tidak bersahabat sehingga kadang merusak mood dan rencana belajar, maka teman-teman akan balik arah dan tidak tertarik untuk ikut studi di luar negeri.

Singkatnya, studi di luar negeri memang itu tidak mudah, tapi juga bukan berarti tidak bisa dinikmati. Banyak pelajaran yang bisa diraih dan pada akhirnya semua worth the struggle.

*tulisan ini adalah draft saya untuk berbicara di Kopdar Sahabat Beasiswa Chapter Depok 28 Juli 2018 di Artivator, Depok. Terima kasih sudah mengajak saya untuk bercerita dan berdiskusi! Selamat berjuang!


Indah Khairunnisah Marwan
Arab UI 2010
Alumnae Beasiswa LPDP Kementrian Keuangan PK-71 Cikal Nagari
MA in Near & Middle Eastern Studies di SOAS, University of London


No comments:

Post a Comment