Translate Page

Monday, May 14, 2018

Beasiswa DAAD: Pengalaman Awardee di Proses Seleksi & Persiapan Studi


Berkenalan dengan Beasiswa DAAD dan Pengalaman Awardee dalam Proses Seleksi, Persiapan Studi hingga Kuliah Dimulai

Oleh: Teuku Bahran Basyiran


   (Materi ini saya sampaikan di Scholarship Talk DAAD, event organized by Sahabat Beasiswa Chapter Kalimantan Barat)

1.  Introduction

DAAD kepanjangan dari Deutscher Akademischer Austauschdienst, atau in EnglishGerman Academic Exchange Services.

Sebuah lembaga beasiswa yang didanai oleh pemerintah Jerman, dibentuk pada tahun 1925 di Heidelberg (salah satu kota pelajar di Jerman dengan universitas Jerman tertua). Setiap tahun, DAAD supports lebih dari 100.000 local/German studentsdan international students yang tersebar di seluruh dunia.

Sourcehttps://www.daad.de/der-daad/ueber-den-daad/en/  (untuk selengkapnya)

Kantor cabang di Indonesia adalah DAAD Jakarta, yang didirikan tahun 1990 dan telah mengirim banyak pelajar Indonesia ke Jerman yang jumlah awardees-nya perlahan meningkat dari tahun ke tahun memiliki puluhan.

Jasa yang ditawarkan oleh DAAD adalah (ini hanya yang berkaitan dgn talk ini, i.e. untuk calon awardees): 
-       Individual counselling kesempatan studi dan beasiswa di Jerman.
-       Seminar tentang pendidikan tinggi dan riset di Jerman
-       Partisipasi di Education Fairs

Sourcehttps://www.daad.id/en/(untuk selengkapnya)


2.   Program Beasiswa DAAD

DAAD Jakarta punya program beasiswa yang beragam: dari sisi strata pendidikan, bidang studi yang menjadi fokus DAAD, maupun dari sisi lingkup daerah. 

Nah, beasiswa DAAD saya masuk ke dalam kelompok ruang lingkup daerah, yaitu DAAD Aceh Scholarship of Excellence, kerjasama antara Pemerintah Aceh dan DAAD (funding-nya dari Aceh, manajemen beasiswanya dikelola DAAD).

Program-program beasiswa (again, yang relevan untuk talkini):
S1/S2:
  • University Summer Courses offered in Germany for Foreign Students and Graduates
S2/S3:
  • Study Scholarships for Foreign Graduates in the Field of Arts (Architecture, Music, Visual and Performing Arts)
  • Scholarship for Development-Related Postgraduate Courses (EPOS)
  • Helmut-Schmidt-Programme - Master's Scholarships for Public Policy and Good Governance (PPGG)
  • Master's Scholarships for Sustainable Water Management (NaWaM)
  •  Aceh Scholarships of Excellence (administered by DAAD)
S3:
  • Research Grants: Doctoral Programme in Germany
  • Research Grants: Bi-nationally Supervised Doctoral Degrees
  • Research Grants: One-Year Grants
S2/S3/Post-doc:
  • Biodiversity & Health: Research Scholarship Programme for PhD Students, Postdocs, and Experts 2017
  • DLR-DAAD Research Fellowships in the fields of Space, Aeronautics, Energy and Transportation Research
  • “In-Country/In-Region Scholarship Progamme”: Call for Scholarship Applications 2018 at the Faculty of Medicine Universitas Indonesia (PDIB FKUI)
  •  many more…

Sourcehttps://www.daad.id/en/find-funding/daad-scholarships-for-indonesia/ (untuk selengkapnya, ada beberapa beasiswa yang lagi dibuka)


3.  Based on My Experience

Syarat-syarat umum:
  1. Lulus S1 (S2 untuk program S3, S3 untuk program Post-doc): normally IPK minimal 3.00, higher is better. 
  2. IELTS minimal 6.0 atau sejenisnya dan setara (eg. iBT TOEFL), untuk Kedokteran/Hukum/Bahasa minimal 6.5 atau bahkan 7.0. (Cek lagi di Google, krn bukan pengalaman saya).
  3. Curriculum Vitae (Kalo apply ke DAAD bisa coba template Europass CVgoogling aja atau surf https://europass.cedefop.europa.eu/documents/curriculum-vitae).
  4. Motivation Letter (atau juga dikenal, Personal Statement) (Aku coba breakdown official guidelines dari DAAD dalam menulis motivation letter, check it out here: http://tbahran.blogspot.com/2018/09/menulis-letter-of-motivation-terbaik.html).
  5. Recommendation Letter dari dosen (ca. 2-3 letters, sebaiknya dari professor).
  6. Abstrak Skripsi (kalo dirasa kurang bagus waktu nulis dulu, direvisi aja tapi jangan diubah idea-nya, krn di interview bakal ditanya tentang skripsi).
  7.  ApplicationLetter(ini tergantung program beasiswa, apa aja form yang harus di-download dan diisi).
Tahapan yang saya lewati dalam applying beasiswa (mungkin kurang bisa jadi pengalaman bagi kawan-kawan, karena program beasiswa DAAD saya exclusivehanya untuk masyarakat Aceh):
  1. Seleksi Berkas di Beasiswa Pemerintah Aceh (LPSDM Aceh).
  2.  Interview Beasiswa LPSDM Aceh (Topik Pertanyaan: Kenapa Jerman, pengalaman, kontribusi ke Aceh, rencana karir di masa depan).
  3. Pelatihan bahasa Inggris oleh LPSDM Aceh.
  4. Seleksi Berkas oleh DAAD Jakarta.
  5. Interview oleh DAAD Jakarta dan Jerman (2 orang Jerman, 1 orang Indonesia) (Topik Pertanyaan: Skripsi S1 i.e. model analisis yang digunakan, pengalaman kerja/akademis, rencana karir di masa depan, kontribusi untuk Aceh).
  6. Kursus bahasa Jerman di Goethe-Institut Jakarta.
  7. Lulus ujian kursus bahasa Jerman di 3 level A1 --> A2 --> B1.
  8. Apply Universitas di Jerman.
  9. Selanjutnya proses seleksi universitas Jerman.
Rincian biaya yang ditanggung DAAD bervariasi tergantung program. Karena saya dibiayai oleh pemerintah Aceh, biaya yang ditanggung paling sedikit dibandingkan dengan program lain. Saya dapat:
1.     Living allowance 750 euro/bulan (beasiswa angkatan 2016). Alhamdulillah (bisa) cukup.
2.     Biaya asuransi.
3.     Tiket pergi awal dan pulang ketika selesai.
4.     Settlement allowance setengah living allowance.
5.     Book allowance per tahun.
6.     Research allowance per tahun diberikan hanya pada tahun kedua.

Normalnya yang diberikan DAAD, untuk master 900 euro/bulan dan doctoral 1200 euro/bulan. Dan detail rincian biaya yang di-cover dan allowances berbeda setiap program DAAD. Cross-check lagi di tulisan atau blog para awardee DAAD 2017 ke atas. Ini sudah sangat mencukupi. 
(Source: DAAD awardees tahun 2017/18)

Kalo mau living allowance yang lebih banyak, ya bersaing lah di beasiswa LPDP, untuk mendapatkan 1100 euro per bulan (Source: awardee LPDP 2016). The more difficult, the higher the efforts, the higher the rewards.


4.  Do-and-Don’ts

Do’s (sebagian udah dijelaskan di part syarat umum):
  • Perkuat Bahasa Inggris untuk tes IELTS atau iBT TOEFL (ini nomer 1, karena sering disebut sebagai "tiket").
  •  Perbanyak aktivitas yang bisa “mempercantik” CV, seperti acara yang berkontribusi untuk sosial, riset lapangan, etc.
  • Buat motivation letter sebagus mungkin, tapi tetap singkat, padat dan jelas, normally max. 1.5 halaman. Bisa baca-baca di Google, sudah sangat banyak referensi dari pengalaman teman-teman awardees disana.
  • Deskripsikan cita-cita di motivation letter atau pada saat interview dengan pekerjaan yang bermanfaat bagi negara.
  • Personal statement yang strong itu yang personal. Personal disini maksudnya bagaimana bisa menjelaskan nilai plus diri sendiri yang tidak tergambarkan di CV. Jadi personal statement-nya bisa menggambarkan personality. Bisa dimulai dari background penting sebuah accmplishment yang tertulis di CV, tunjukkan bagaimana how self-driven, self-motivated and work hard-nya kalian di personal statement.
  • Untuk interview, buat scheme of interview questions. List apa saja yang kira-kira bakal ditanyain, ini tergantung masing-masing bidang studi juga sih.
  • Pahami betul aturan main, persyaratan, prosedur pendaftaran sebuah beasiswa (sangat penting).
Don’t do’s:
  • Jangan membuang waktu yang tidak berguna ketika dalam periode transisi (i.e. sedang menunggu kepastian beasiswa), banyak aktivitas lain yang bisa dilakukan dan bermanfaat pengalamannya untuk apply beasiswa. Untuk scholarship fighters: kesampingkan money oriented, mulailah experience oriented.
  • Jangan tulis/menceritakan yang tidak sesuai fakta di CV dan motivation letter, karena bakal ditanya di interview.
  • Jangan bertanya yang sangat dasar kepada awardees yang sudah menerima beasiswa. Boleh bertanya, tapi pastikan bukan suatu hal yang sudah ada di persyaratan. Harus banyak melakukan research sendiri, dibaca-baca dulu setelah itu baru tanya yang tidak ditemukan informasinya.

5.   Pesan untuk Pemburu Beasiswa

-      Consistency itu penting. Jangan patah semangat ketika gagal. Saya berusaha sekitar 2 tahun baru bisa berangkat sekolah ke Jerman. Banyak ups-and-downs yang terjadi. Jadi sangat diperlukan konsistensi. Memang kita butuh uang untuk hidup, tapi disinilah pilihan (mau kerja atau mau sekolah). Walaupun demikian, it is still possible untuk memburu beasiswa sambil mencari kerja. Contoh kasus, selama 6 bulan saya sempat banting stir untuk fokus cari kerja (ketika hasil tes IELTS tidak memuaskan) dan akhirnya lulus sampai tahap akhir di BUMN, tapi di waktu yang bersamaan juga lulus beasiswa DAAD, lalu barulah memutuskan untuk kemana.
-     Rajin dan banyak membaca informasi. Tips and trics banyak sekali di internet.
-     Bergabung dalam kelompok berburu beasiswa di dunia nyata (bukan hanya di media sosial). Jadi bisa meningkatkan semangat, berjuang bersama. Teman/lingkungan sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita.


6.   Based on Other Awardee’s Experience (LPDP Awardee PK-71)

Do's:
  • Kenali common traits-nya penerima beasiswa tersebut. Contohnya LPDP, common traits-nya adalah kemampuan menunjukkan keinginan untuk mengabdi ke negara Indonesia.
  • Dalam interview, jangan terlalu idealis dengan ide dan cita-cita pribadi. Coba kaitakan ide dan cita-cita tersebut dengan kontribusi bagi negeri (untuk pembangunan Indonesia). Dan harus jelaskan langkah-langkah konkrit dalam implementasinya, bukan secara umum yang notabene bisa dilakukan orang biasa. Pelamar beasiswa harus menunjukkan dia orang yang spesial untuk harus disekolahkan.
Don’ts:
  • Jangan mendaftar beasiswa tanpa persiapan matang. Last-minute application akan lebih banyak kurangnya dan chancenya lulusnya akan semakin kecil. Buat timeline yang pasti dan disiplin terhadap diri sendiri untuk mencicil satu persatu persyaratan.
Pesan:
-       Meminta doa restu orang tua dan keluarga. 
-       Meminta bimbingan dari awardee terdekat.
-       Dari semenjak memulai pendaftaran: kembalikan niat utama ingin melanjutkan kuliah, dan menjaga niat lurusnya sampai ketika lulus seleksi dan memulai belajar, fokus. Jangan tergoda hal-hal yg dapat merusak tujuan utama kalian road to abroad.


7.  Brief Conclusion

Sekian pengalaman dari perjalanan saya menuju study abroad. Pastinya informasi yang saya berikan sifatnya subjektif, tidak exactly benar. Jadi teman-teman wajib untuk membaca dan mendapatkan cerita dari awardee lain.
Setiap orang memiliki pengalamannya masing-masing dengan modal, kemampuan, dan rintangan yang berbeda-beda. Semangat dan terus berjuang, scholarship fighters!


(Untuk informasi dan cerita pengalaman yang lebih spesifik dan komprehensif, silahkan dibaca notulensi sesi tanya-jawab berikut ini. Ada 34 pertanyaan dan saya kira ini sudah cukup komplit untuk menjawab pertanyaan yang ada di pikiran para calon awardee.)


8. Q&A Session

1.  Q: Lama studi master di Jerman rata-rata berapa tahun? Apakah tiap jurusan berbeda atau sama? Khususnya untuk bidang kesehatan berapa lama ya?
A: Rata-rata 2 tahun. Tergantung program studinya, ada juga yang 1.5 tahun. Bidang kesehatan generally 2 tahun. Untuk program studi di Jerman bisa lihat dan diipilih sendiri di link berikut ini:

2.  Q: Jenjang S2 di beasiswa ini sistemnya kuliah kelas atau research saja? Atau bahkan bisa kombinasi keduanya? 
A: Kalo di jerman, rata-rata mixed study (coursework 3 semester awal + tesis semester akhir) dan gak ada yang full coursework. Kalo yang full research selama 2 tahun ada, tapi biasanya tetep ada kelasnya juga.

3.  Q: Kalo tidak salah baca, tadi dipaparkan tentang beasiswa biodiversity and health. Itu hanya beasiswa research saja ya?
A: Iya salah satu program beasiswa DAAD. Untuk detailnya bisa cek sendiri di link yang saya berikan di Introduction.

4.  Q: Seberapa besar pengaruh akreditas program studi terhadap seleksi beasiswa ini?
A: Ini pertanyaan bagus. Pastinya penting, akreditasi yg bagus itu suatu advantage. Tapi proporsi pengaruh terhadap penerimaan beasiswanya mungkin kecil. Yang paling penting di DAAD adalah linearitas program studi sebelumnya dengan program studi yang diapply (eg. S1 kedokteran, apply S2 Public Health), motivation letter yg menggambarkan kamu mau berkontribusi untuk daerah/indonesia, skripsi s1 dan kira2 mau research apa di Jerman nanti (paling bagus yang ada hubungan dengan Indonesia)

5.  Q: Untuk universitas tujuan sendiri apakah sudah ditentukan oleh DAAD?
A: Ini tergantung program beasiswa. Normalnya bisa pilih universitas sendiri (apply terpisah dari beasiswa), tapi juga ada yang universitasnya sudah ditentukan oleh program beasiswa tersebut (biasanya sesuai dengan fokus bidang studi program).

6.  Q: Apakah ada program beasiswa untuk S1
A: Berdasarkan informasi di website DAAD Jakarta dan sepengetahuan saya, selama ini tidak ada. Tapi btw ramai orang Indo yang kuliah S1 di Jerman, karena biaya SPP kuliah di Jerman gratis. Selengkapnya bisa googling, banyak tulisan pengalaman orang.

7. Q: Jika ada apakah dalam bahasa Jerman atau Inggris?
A: Program studi S1 rata-rata dalam bahasa Jerman.

8. Q: Jurusan apa saja untuk beasiswa S1?
A: Sangat variatif, bisa dipilih sendiri disini:

9. Q: Beasiswa yang kakak ikuti khusus anak Aceh dan kuliah di Aceh ya kak? Ada gak univ recommend kakak untuk jurusan Business Chemistry di Jerman?
A: Khusus masyarakat Aceh (ber-KTP Aceh, tidak harus berlatar S1 di Aceh) dan selanjutnya disekolahkan/kuliah di Jerman. Bachelor or Master in Business Chemistry? Menarik juga, belum pernah denger program studi ini. Anyway bisa lihat dan pilih sendiri disini: 

10. Q: Kalau untuk S2 dengan beasiswa DAAD apakah harus lolos beasiswa dulu, lalu baru daftar ke kampus tujuan?
A: Sudah dijawab di pertanyaan ke-2 pada hari Minggu.

11. Q: Kalau professor di kampus tujuan menentukannya sebaiknya sebelum daftar beasiswa atau biasanya saat sudah diterima beasiswa kak?
A: Pertanyaannya masih agak rancu. Biasanya yang ditentukan professor untuk jenjang S3. Lebih baik kalua proposalnya sudah accepted by professor, tapi juga possible untuk melewati proses beasiswa dulu.

12. Q: Kak apakah beasiswa DAAD hanya untuk bidang tertentu saja?
A: Sudah dijawab di pertanyaan ke-3 pada hari Minggu (related question to this one) dan bisa cek sendiri website yang saya berikan di materi (bagian program beasiswa DAAD).

13. Q: Untuk apply DAAD apakah harus memiliki LoA terlebih dahulu atau tidak?
A: Sudah dijawab di pertanyaan ke-2 pada hari Minggu.

14. Q: Saya mau tanya mengenai beasiswa EPOS. Apakah beasiswa EPOS full scholarship? Apa saja yang dicover beasiswa tersebut?
A: Coba dibuka program tersebut di website DAAD dan dibaca serta dipahami dengan teliti. Kalau tidak ada informasi biasa ditanyakan ke pihak DAAD via email. Ini ranah kebijakan beasiswa saya tidak bisa jawab dengan tepat/kredibel, karena saya juga saya bukan dari program ini.

15. Q: Jika akreditasi kampus belum terdata di Anabin, apakah bisa mengajukan kelengkapan administrasi DAAD bersamaan dengan dokumen-dokumen sertifikat Ban-pt, surat rektor, surat pengantar direktur Ban-pt, dan surat pengantar pribadi tentang akreditas kampus?
A: Kemungkinan bisa. Again, ini ranah kebijakan dan persyaratan beasiswa, bisa langsung dihubungi DAAD.

16. Q: Apa kuliah d Jerman itu wajib memakai bahasa Jerman? Dan kalau misalnya kita tidak sesuai dengan target dari beasiswa, apa kita diminta ganti rugi sama penyedia beasisnya?
A:Sudah dijawab di pertanyaan ke-2 pada hari Minggu. Apa target yang kamu maksud? Kalau kelulusan lewat dari batas durasi pembiayaan, sejauh ini konsekuensinya adalah lewat dari durasi beasiswa, awardee harus bayar sendiri seluruh biaya. Jika gagal lulus, ini tergantung SK, setiap program berbeda-beda.

17. Q: Apa sih alasan kakak memilih apply beasiswa DAAD Jerman untuk melanjutkan S2 and what are your plans for after graduation?
A: Very nostalgic, serasa kembali ke interview 2 tahun lalu. Tbh, karena ini yang lulus dari beberapa scholarship yang saya daftar. Inshaa Allah kalau lancar studi master dan diberikan kesempatan (dan beasiswa), lanjut ke jenjang doctoral.

18. Q: Kalau DAAD kan harus ada pengalaman kerja min. 2 tahun gak salah saya. Nah itu kerjaannya harus sejalur dengan jurusan waktu kuliah atau bisa nggak? Misalnya, rencana S2-nya berbeda dengan jurusan S1-nya tetapi sejalur dg kerjaan. 
A: Saya gak tau program mana yang harus ada pengalaman kerja. Karena program saya (dan kebanyakan program kolega awardee yang saya kenal, kecuali program DAAD-Dikti/Dosen) tidak memerlukan pengalaman kerja. Tapi untuk masalah linearitas jurusan yang kamu utarakan di contoh itu sangat penting dan di-consider oleh pihak universitas di Jerman yang kamu apply nantinya, usahakan linear atau paling tidak related. Tetap ada kemungkinan untuk diterima jika tidak linear, tapi sulit dan sangat complicated, sudah dialami teman saya yang S1 dan S2 tidak linear, check disini untuk effort dia:
http://www.mahasiswa-aceh.de/how-to-get-a-letter-of-admission-from-germany-universities/

19. Q: Kalau sudah dapat loa tapi beasiswa belum dapat untuk tahun tersebut. Apakah bisa untuk tahun berikutnya? 
A: Kalau program beasiswa saya bisa, selama masih dalam kurun 1 tahun sejak lulus beasiswa. Again, beda program beda kebijakan (baca jawaban di pertanyaan-pertanyaan sebelum ini).

20. Q: Tantangan terbesar menurut abang kuliah disana itu apa dan bagaimana mengatasinya? 
A: Very very important question, I would say. Knowledge gap yang sangat besar antara ilmu S1 dan ilmu (yang harus di-cover) S2 Jerman. Di tahun pertama kuliah, tidak sedikit mahasiswa Indonesia bakal struggle dan menghabiskan waktu belajar untuk catch-up materi-materi dasar atau memperkecil knowledge gap tersebut. Jadi dibaca ulang bahan kuliah S1 sebelum berangkat S2 dan ikut introductory courses yang ditawarkan kampus Jerman. Kalau untuk M.Sc. Economics, saya sarankan untuk memiliki deep understanding materi calculus/algebra, statistics dan fundamental micro-/macroeconomics. Setelah saya lulus, saya mungkin akan buat tulisan khusus tentang ini di blog saya, nanti inshaa Allah saya share ke kamu melalui SBC Kalbar. Mungkin juga sudah banyak tulisan tentang ini di Google, check it out.

21. Q: Saya mau tanya, Kakak mulai membuat mot.let. itu sejak masih S1 atau sudah selesai S1? Lalu kalau di Banda Aceh itu kantor LPSDM Aceh dimana ya kak? Dan berapa tahun proses Kakak untuk bisa menjadi awardee?  Apa sekali tes kak langsung lulus?
A: Start mulai selesai S1 dan proses sampai bisa dapat beasiswa terhitung 2 tahun sejak lulus. Banyak beasiswa yang saya applied dan kebetulan untuk beasiswa langsung lulus. Kalau tertarik untuk apply beasiswa seperti saya, check interview penanggung jawab program beasiswa disini http://www.mahasiswa-aceh.de/interview-beasiswa-daad-aceh-scholarships-of-excellence-bersama-ibu-muji-rahayu-daad-jakarta/.Kantor LPSDM Aceh terletak di kantor Gubernur Aceh.

22. Q: Kira kira ada tidak universitas di Jerman apakah terdapat jurusan akuntansi kak? Bagaimana sistem pembelajaran yang ada di Jerman ya kak? Jika ada itu ada di universitas di mana ya kak? Apakah menggunakan bahasa Jerman atau bahasa inggris? Yang saya tahu informasi dari Gita Savitri atau gitasav dari blog Youtube-nya, sistem pembelajaran nya menggunakan full bahasa Jerman?
A: Ada. Beberapa pertanyaan kamu sudah dijawab di pertanyaan sebelumnya, dibaca lagi. Untuk detail system pembelajaran, bisa dicek di universitas tujuan, berbeda-beda untuk setiap program studi. Gitasav kuliah S1 di Jerman yang rata-rata program studi S1 memang berbahasa Jerman, meskipun dia sekarang lanjut kuliah S2, pasti dia memilih program studi dalam bahasa Jerman, karena sudah nyaman perhaps.

23. Q: Alasan kakak memilih jerman dalam menempuh kuliah S2 jurusan ekonomi apa ya kak? Padahal yang saya tahu jerman itu notabene jurusan yang dikenal adalah teknik?
A: Lagi-lagi ada yang menginterview saya (LoL). Karena S1 saya juga Economics dan saya ingin linearitas, jadi saya pilih M.Sc. Economics. Kalau yang kamu tahucuma jurusan teknik, kamu masih kurang research tentang ini, cuma bersumber dari film “Habibie Ainun”. Ini penting untuk diketahui bahwa banyak sekali program studi unggulandi Jerman selain teknik, banyak di antaranya menjadi one of the best in the world.Di kampus saya malah tidak ada jurusan teknik, tapi termasuk 1 dari 11 elite universities yang diprogramkan oleh pemerintah Jerman (dan ranked 100 besar world university ranking, walaupun rankingnya menurut saya kurang fair karena kampus Jerman mostly berbahasa Jerman dalam publikasi sehingga kalah dari USA dan UK dalam system penilaian). Contoh, jurusan Biomedical di University of Tuebingenmempunyai salah satu rumah sakit yang menjadi rujukan dunia untuk penyakit leukemia. Malaria Research pusatnya juga di kampus tersebut. Microbiology, Neuroscience, Geoscience, Theology Studies, Anthropology dan masih banyak lagi yang populer di level dunia. Department of Economics University of Tuebingen juga tidak kalah menarik, merupakan yang tertua di Jerman, sudah 200 tahun, tempat dimana saya belajar. Dan ini hanya untuk kampus dimana saya kuliah, banyak lagi leading university di Jerman. By the way, kenapa belajar ekonomi di Jerman sudah obvious karena Jerman merupakan 5 besar ekonomi dunia in the last couple decades. Selain itu siapa yang gak kenal produk Jerman, apa branding-nya tidak menggunakan ilmu industrial Economics? Not bad ya Jerman, so why not.

24. Q: Bagaimana cara kakak menghadapi lingkungan kuliah atau pembelajaran di Jerman yang benar benar berbeda di Indonesia?
A: Sudah dijawab di pertanyaan sebelumnya, silahkan baca. Pesan saya: (1) Sisi akademik: review materi kuliah S1, perdalam fundamental teori dari materi S1, dan kuatkan math/calculus/algebra, statistics dan softskill dalam pemograman bagi yang mengambil Master of Science (M.Sc.), (2) Sisi psikologis: Kuatkan mental dan kemandirian, perbanyak ibadah dan (3) Dan lain-lain: bisa di-browsing di Google, banyak booklet persiapan kuliah ke luar negeri.

25. Q: Tadi kan kakak bilang kalo udah kerja atau udah diterima di BUMN dan ternyata bareng juga sama pengumuman lolos beasiswa, dengan pertimbangan apa kakak lebih memilih beasiswa daripada kerja di BUMN?
A: Karena sayalolos kerja di Peg****an, yang bukan termasuk “BUMN kelas 1“. Tidak ada porgram yang diberikan perusahaan untuk lanjut kuliah S2. Karena saya sangat ingin melanjutkan S2 untuk memperdalam ilmu dan mempersiapkan diri untuk jangka panjang, khususnya sekolah di luar negeri untuk mendapatkan pengalaman hidup yang berwarna, dapat menjalani/merasakan/melihat “strata tertinggi” kehidupan di dunia, “manusia paling maju di dunia” (i.e. masyarakat Eropa) dan memperoleh ilmu dari sana.

26. Q: Untuk wanita berjilbab apakah disana ditoleransi kak?
A: Alhamdulillah sangat aman. Mungkin hanya sebagian kecil di beberapa kota di daerah „Jerman Timur“ seperti Dresden, Weimar, etc. Tapi mostly aman karena pemikiran penduduknya sudah maju.

27. Q: Bagaimana jam kuliah disana kak? Dan apakah ada penerima beasiswa yang juga bekerja part time disana kak?
A: Variatif. Jam kuliah tergantung program studi dan universitas tujuan. Bisa part-time dengan pendapatan maksimal 450 euro, tapi harus bisa berbahasa Jerman.

28. Q: Rata-rata biaya hidup per bulan disana berapa kak? 
A: Sangat relative masing-masing individu dan kota di Jerman (di negara bagian Baden-Wurttemberg dan Bayern cenderung mahal). Kalau seperti saya yang uang beasiswanya sedikit, tidak banyak belanja dan makan diluar, dan setiap hari masak di rumah, 100-150 euro per bulan cukup + accommodation cost sekitar 300-350 euro.

29. Q: Kalau yang kakak paparkan dari macam2 beasiswa DAAD tu saya tidak menemukan untuk bidang science, especialy kimia, ex.: biomaterial atau polimer. Nah menurut kakak apakah ada beasiswa dari DAAD untuk kimia?
A: Wah kalo sudah masuk ranah program DAAD, saya kurang tau detailnya. Mungkin bisa cek di program EPOS atau NaWaM, barangkali ada yang related walaupun gak persis seperti yang diinginkan. Tapi seharusnya informasi ini ada di link yang saya berikan. Apa yang ada disana, itulah semua program beasiswa DAAD untuk masyarakat Indonesia.

30. Q: Untuk apply DAAD, apakah kita harus punya LoA dulu dari univ. Jerman?
A: Tidak perlu. Kalo ada mungkin lebih bagus. Again, ini tergantung persyaratan umum program beasiswa itu masing-masing. Silahkan dicek dulu syarat2nya.

31. Q: Untuk lanjut S2, haruskah memiliki seritifikat bahasa Jerman kak? Atau cukup dengan IELTS aja?
A: Good question. Kemampuan bahasa jerman tidak perlu perlu, selama program studi di Jerman yang kamu apply taught-in-english. Jadi cukup IELTS saja. Nanti setelah lulus DAAD, barulah awardee wajib mengikuti kursus German yang dibiayai DAAD tentunya (dan harus lulus ujiannya, ini sedikit stressful sih memang, karena German memang susah)

32. Q: DAAD scholarship punya bnyak macam program (termasuk program DAAD khusus untuk aceh) program apa yang ada di DAAD scholarship yang bisa diambil untuk orang yang sudah punya LoA di salah satu univ jerman?
A: Ini sama seperti pertanyaan sebelumnya. Untuk informasi ini ada di link yang saya berikan. Apa yang ada disana, itulah semua program beasiswa DAAD untuk masyarakat Indonesia. Karena saya bukan pegawai DAAD, jadi detailnya saya tidak tau. Jadi sepengetahuan saya, baik sudah punya LoA atau belum, program beasiswa yang ditawarkan DAAD sama saja untuk keduanya.
Again, mungkin penting untuk teman2 semua, cek lagi ke website DAAD Jakarta atau bisa bertanya langsung ke kantor DAAD Jakarta (dibuka untuk umum) atau melalui correspondence email atau hotline mereka. Inshaa Allah mereka akan jawab. Karena seperti yg saya jelaskan di materi saya part introduction, salah satu jasa yg diberikan DAAD adalah "Individual counselling kesempatan studi dan beasiswa di Jerman".

33. Q: Apakah beasiswa DAAD full meng-cover untuk yang sudah bekeluarga?
A: Great! ini important question. Beasiswa saya tidak cover family allowance, karena dananya dari pemerintah daerah yang menentukan kebijakan funding. Yang saya dengar dari teman beasiswa DAAD reguler, ada family allowance sebesar 500 euro/month. CMIIW, cek lagi di Google. Tapi di Jerman, foreigner bisa apply family allowance ke kantor walikota (Stadtbüro/Ausländeramt) di Kota Jerman tempat anda tinggal, dan bisa dapet subsidi anak kalo gak salah 250 euro/anak dan maksimal disubsidi 2 anak. Juga bisa dapat subsidi biaya sekolah, apply juga ke kantor walikota.

34. Q: Untuk universitas tujuan sendiri apakah sudah ditentukan oleh DAAD?
A: Tergantung program. Ada program yang universitasnya sudah ditentukan, ada program yang universitas tujuan harus pilih sendiri.


Kalau masih ada pertanyaan seputar kuliah di Jerman pada khususnya, aplikasi beasiswa/universitas dan juga tentang beasiswa, bisa dibaca kumpulan tulisan teman-teman beasiswa program DAAD-Aceh sejak batch yang berangkat pada 10 tahun silam, di sini http://www.mahasiswa-aceh.de/content-list/

No comments:

Post a Comment