Beberapa kaitan ide atau pemikiran dan konsep antara
mazhab klasik dan neo-klasik adalah sebagai berikut :
1.
Konsep Teori Harga
Menurut kaum klasik, harga barang
ditentukan oleh besarnya pengorbanan untuk menghasilkan barang tersebut. Dengan
demikian, bagi kaum klasik yang menentukan harga adalah sisi penawaran.
Pendapat dari kaum klasik di atas,
ditentang oleh tokoh-tokoh neo-klasik melalui Stanley Jevons, Carl Menger, dan Leon
Walras. Mereka sepakat bahwa yang menentukan harga adalah kondisi permintaan. Mereka
bertiga secara bersama-sama telah mengembangkan analisis yang sifatnya
revolusioner tentang faktor-faktor yang menentukan harga-harga relatif.
2.
Teori Nilai Biaya Produksi dan Teori Biaya Produksi
Tokoh-tokoh neo-klasik yang disebutkan pada kaitan poin
(1) secara tegas juga tidak setuju dengan teori nilai biaya produksi (cost of production theory of value) dari
kaum klasik yang dikemukakan oleh salah satu tokohnya, karena teori ini dinilai
tidak berlaku secara umum.
Mereka bertiga juga tidak sependapat dengan James Mill
(Mill Senior) dan John Stuart Mill (Mill Junior) dari kaum klasik, tentang
pendapat kedua Mill tersebut atas teori biaya produksinya. Teori yang ditentang
itu mengatakan bahwa harga barang ditentukan oleh biaya-biaya yang diperlukan
untuk menghasilkan barang tersebut. Hal ini bertentangan dengan analisis yang
dilakukan “Trio Neo-klasik”(Jevons, Carl Menger, dan Walras) tersebut tentang
faktor-faktor yang menentukan harga-harga relatif.
3.
Teori Nilai Upah Buruh
Masih ketiga tokoh neo-klasik yang sama seperti dua
poin kaitan di atas, mereka secara tegas juga mengkritik teori nilai upah buruh
(labor theory of value) oleh David
Ricardo dari kaum klasik, yang menyimpulkan bahwa yang paling menentukan
tingkat harga adalah tingkat upah alami yang besarnya hanya cukup untuk buruh
bertahan hidup saja.
Jadi, bertentangan dengan pendapat “trio neo-klasik”
mengenai faktor-faktor kondisi permintaan itu sendiri yang menentukan
harga-harga relatif, bukan dikarenakan upah alami buruh seperti dikatakan
Ricardo.
Pakar-pakar neo-klasik di atas,
Jevons-Menger-Walras, lebih jauh mengkritik tokoh kaum klasik yang gagal
membedakan antara utilitas total (total
utility), utilitas marginal (marginal
utility), dan utilitas rata-rata (average
utility), terutama terhadap pandangan Adam Smith. Misalnya dalam
menjelaskan paradoks intan dan air, Smith menjelaskan bahwa air sangat
berfaidah, tetapi mempunyai harga yang rendah dikarenakan biaya yang diperlukan
untuk memperoleh air, rendah atau tidak berbiaya sama sekali. Sebaliknya, masih
menurut Smith, intan yang kurang berfaidah nilainya sangat tinggi karena
dibutuhkan biaya yang besar untuk memperoleh itu. Sedemikian rupa sehingga,
menurut “trio” neo-klasik tersebut, nilai intan lebih tinggi daripada nilai air
bukan seperti karena apa yang dikatakan Smith, melainkan karena marginal utility (utilitas dari konsumsi
satu unit intan terakhir) yang besar. Oleh sebab itu, orang mau menghargai
intan lebih tinggi daripada air.
Sehingga memang, bagi
Jevons-Menger-Walras, biaya-biaya bukan satu-satunya faktor yang menentukan
harga-harga, tetapi yang menentukan hal itu (sesuai dengan teori marginal utility) adalah utilitas yang
diterima dari konsumsi satu unit terakhir dari barang tersebut.
Jadi, teori yang dikembangkan kaum
marginal (neo-klasik) sangat berbeda dengan teori yang dikembangkan tokoh-tokoh
kaum klasik tentang harga. Kalau kaum klasik melihat harga dari sisi produsen
(jumlah pengorbanan yang dikeluarkan), kaum marginal melihatnya dari sisi
konsumen (kepuasan marginal konsumsi satu unit terakhir).
·
Pendapat tambahan dari Alfred Marshall (neo-klasik)
tentang hal ini
(Perlu diketahui, walaupun Alfred Marshall tidak saya
tuliskan sebagai bagian dari neo-klasik sehigga saya hanya membuat “trio” saja,
padahal sebenarnya Marshall salah satu tokoh neo-klasik yang fenomenal,
sehingga sebenarnya ada empat tokoh besar neo-klasik. Tetapi konsep utilitas
ini juga ikut dijelaskan dan dianalisis oleh Marshall sendiri, jadi dia juga
termasuk dalam bagian kaum marginal (neo-klasik). Saya tidak menguraikan lagi
pendapat Marshall tentang marginal seperti yang diopinikan oleh Jevons-Menger-Walras,
“trio neo-klasik”, sehingga saya hanya membuat tambahan pendapat dia saja).
Marshall tidak menyalahkan konsep dari kaum klasik
maupun “trio” neo-klasik, tetapi menggabungnya. Menurut dia, selain oleh biaya,
harga juga dipengaruhi oleh unsur subjektif lainnya, baik dari pihak konsumen
maupun produsen. Misalnya pendapatan (daya beli). Dari pihak produsen mungkin
keadaan keuangan perusahaan, di mana kalau keuangannya sedang dalam keadaan
sulit, kemungkinan perusahaan mau menerima harga yang rendah (misalnya). Tetapi
kalau keadaan keuangan cukup kuat, mereka juga akan lebih berani dalam
mempertahankan harga.
5.
Konsep Penawaran dan Permintaan
Konsep ini pertama sekali dijelaskan oleh kaum klasik
melalui salah satu tokohnya, Jean Baptiste Say, yang mengatakan bahwa setiap
penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri (supply creates its own demand), di mana setiap ada produksi akan
ada pendapatan yang persis sama dengan nilai produksi tadi, sehingga dalam
keadaan seimbang produksi cenderung menciptakan permintaannya sendiri terhadap
produksi barang yang bersangkutan.
Marshall sebagai kaum neo-klasik barangkali mengkonsumsi
pandangan klasik di atas untuk selanjutnya menjelaskan tentang konsep harga.
Dia mengatakan bahwa harga terbentuk sebagai integrasi dua kekuatan di pasar:
penawaran dari pihak produsen dan permintaan dari pihak konsumen. Integrasi
kedua kekuatan tersebutlah yang menentukan harga di pasar, bukan produsen saja
atau konsumen saja, tapi kedua-duanya. Kalau permintaan dan penawaran
diibaratkan dengan dua sisi mata gunting, maka yang memotong kertas bukanlah
sisi gunting sebelah atas atau sebelah
bawah, tapi hasil penjepitan kedua mata gunting secara simultan.
Kaitan serta Peranan Keynes di antara
ide-ide dan konsep-konsep dari mazhab klasik dan neo-klasik di atas adalah:
Dalam menghadapi persoalan ekonomi yang mahadahsyat
(terjadi krisis dan sistem kapitalis jatuh), teori-teori ekonomi yang dikembangkan oleh pakar-pakar klasik maupun
neo-klasik tidak mampu menjelaskan fenomena dan peristiwa yang sesungguhnya
terjadi. Sejak terjadinya depresi besaran-besaran tersebut, orang curiga bahwa
ada sesuatu yang salah dengan teori klasik dan neo-klasik yang dianggap berlaku
umum selama ini. Dalam situasi tidak menentu inilah lahir seorang tokoh ekonomi
yang kemudian menjadi sangat berpengaruh, yaitu John Maynard Keynes.
Karya tulis atau buku Keynes yang paling populer
adalah The General Theory of Employment,
Interest, and Money. Buku ini ditulis
sebagai reaksi terhadap depresi besar-besaran yang terjadi tahun 1930-an
yang tidak berhasil dipecahkan dengan metode klasik dan neo-klasik.
Teori klasik dinilai Keynes mengandung banyak
kelemahan, sehingga perlu diperbaiki dan disempurnakan, seperti masalah
mekanisme pasar, keseimbangan pasar, ketenagakerjaan, analisis biaya, tabungan
& investasi, dan juga kritikan yang habis-habisan oleh Keynes terhadap
tokoh klasik, J. B. Say tentang teorinya “penawaran akan menciptakan
permintaannya sendiri”.
Sedangkan terhadap teori-teori neo-klasik, Keynes
tidak terlalu banyak menemukan banyak kelemahan, akan tetapi juga tetap Keynes
melakukan hal yang sama seperti terhadap klasik, yaitu melakukan penyempurnaan
teorinya agar lebih sesuai dengan kondisi ekonomi saat sekarang (pada saat
itu-red). Juga dikarenakan Keynes merupakan salah satu murid brilliannya
Marshall, yang notabenenya merupakan kaum neo-klasik. Sehingga sudah pasti
karya-karya Marshall banyak diakui oleh Keynes. Mungkin hampir sebagian besar
konsep-konsep Marshall diperbaiki dan disempurnakan oleh Keynes. Hal ini
menunjukkan adanya peranan Keynes dalam menjelaskan secara lebih lanjut dan lebih disempurnakan ide dan konsep yang
telah ada, punyanya tokoh mazhab neo-klasik.
Kesimpulan
Karena dalam kenyataannya, pasar tidak bekerja sesuai
asumsi pasar sempurna, teori-teori dan konsep-konsep ekonomi yang dikembangkan
kaum klasik mendapat kritikan yang tajam
dari aliran-aliran ekonomi alin. Yang paling gencar menyerang teori-teori
klasik adalah Keynes dan pengikut-pengikutnya.
Sejak terjadinya depresi besaran-besaran pada tahun
1930-an, orang curiga bahwa ada sesuatu yang salah dengan teori klasik dan
neo-klasik yang dianggap berlaku umum selama ini. Dalam situasi tidak menentu
inilah lahir seorang tokoh ekonomi yang kemudian menjadi sangat berpengaruh dan
menyelamatkan dunia pada saat itu, yaitu John Maynard Keynes. Dia melakukannya
dengan cara memperbaiki dan meyempurnakan ide dan konsep-konsep klasik dan
neo-klasik yang sudah ada sebelumnya, walaupun juga ada ide dan konsep baru
yang ia temukan sendiri.
Pada intinya, klasik, neo-klasik, dan Keynes memang
memiliki keterkaitan yang sangat erat dalam kemajuan ide/pemikiran dan konsep
ekonomi yang terus tersempurnakan seiring dengan berjalannya zaman.
Daftar Pustaka
Bahan Mengajar Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi oleh
Fakhruddin, S.E.,M.S.E. Fakultas Ekonomi, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Deliarnov. 2010. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Edisi Ketiga Revisi. Jakarta:
Rajawali Pers
Djojohadikusumo, Sumitro. 1991. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Edisi I.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
No comments:
Post a Comment