Oleh: T. Bahran Basyiran
Beberapa kaitan ide atau pemikiran dan konsep antara era merkantilisme
dan mazhab klasik adalah sebagai berikut :
1.
Literatur Ide dan Konsep Ekonomi
Suatu hal yang pantas dicatat selama era merkantilisme
ialah tidak hanya perdagangan dan perekonomian yang maju pesat, perkembangan
literatur juga meningkat pesat sekali. Kemajuan dalam tulisan-tulisan ekonomi
maju dan baik dalam jumlah maupun mutu. Masa merkantilisme ditandai sebagai
periode masing-masing orang menjadi ahli ekonomi bagi dirinya sendiri. Setiap
orang mempunyai pendapat sendiri-sendiri, dan sayangnya sangat sulit
digeneralisasi. Hal ini mungkin disebabkan kebanyakan penulis tidak berlatar
belakang universitas, tetapi para pedagang yang menulis persoalan-persoalan
ekonomi yang berhubungan dengan bisnis mereka. Sehingga orang-orang menganggap
tulisan-tulisan mereka tersebut “berserakan”. Akan tetapi, dari tulisan-tulisan
mereka inilah yang selanjutnya Adam Smith, kaum klasik, memperoleh banyak
sumber untuk menulis bukunya dan tulisan-tulisannya.
Otomatis, literatur ide dan konsep kaum merkantilis
yang “berserakan“ tersebut menjadi salah satu sumber dan pokok ide literatur
yang digunakan kaum klasik untuk
menjelaskan konsepnya. Jadi memang ide dan konsep kaum klasik tidak
terlepas dari punyanya kaum merkantilis.
2.
Posisi Makna Konsep Individualisme dan Peranan
Pemerintah
Di era merkantilisme, negara ditempatkan sangat tinggi
di atas individu-individu, dengan kata lain, pemerintah pada masa merkantilis
mempunyai peranan penting dalam menetapkan kebijakan pada setiap individu
(notabene individunya merupakan saudagar). Sebaliknya, menurut Adam Smith
(ajaran klasik), kepentingan individulah yang mesti diutamakan. Bahkan tugas
negaralah untuk menjamin terciptanya kondisi bagi setiap orang untuk bebas
bertindak melakukan yang terbaik bagi diri mereka masing-masing. Mencegah
monopoli, mempertahankan negara, menjaga ketertiban internal, dan mengatur
barang publik bereksternalitas tinggi, itu semua juga merupakan peran
pemerintah menurut Smith.
Jadi, menurut saya ini juga merupakan kaitan antara
merkantilisme dan klasik, walaupun keterkaitannya yang berlawanan arah,
merkantilis mengatakan peran pemerintah itu vital sedangkan klasik mengatakan
tidak perlu adanya campur tangan pemerintah. Disini yang lebih awal muncul
menjadi sumber yang setelahnya untuk membuat konsep yang baru. Sehingga hal
tersebut tetap saja dapat disebut adanya kaitan.
David Hume dan Adam Smith dikenal sebagai kawanan
dekat. Hume dan Smith sering mendiskusikan pandangannya masing-masing
bersama-sama, sehingga jelas hal ini akan mempengaruhi jalan pikiran
masing-masing.
Jika dilihat dari apa yang dikatakan Deliarnov di
bukunya di atas, dapat saya simpulkan hal tersebut dapat merupakan sebuah
kaitan yang sangat erat antara merkantilisme dan klasik, di mana salah satu
dari pemerannya sering berdiskusi bersama-sama tentang pandangannya
masing-masing. Secara tidak langsung, ide dan pemikiran keduanya berkontribusi
besar terhadap konsep pemikiran ekonomi pada era dan mazhabnya masing-masing.
4.
Monopoli Pasar
Pada era merkantilisme yang mana
telah diketahui vitalnya posisi peranan pemerintah, dalam hal ini, kebebasan
melakukan monopoli pasar yang disertai proteksi dan keistimewaan-keistimewaan
lainnya merupakan salah satu kebijakan pemerintah kepada individu di era
tersebut (kaum saudagar). Sehingga kaum saudagarlah yang memegang kendali
perekonomian.
Sedangkan Adam Smith, yang berasal
dari mazhab klasik, mengkritik pandangan merkantilis di atas. Kata dia,
monopoli pasar akan berdampak negatif terhadap kondisi ekonomi, yaitu:
·
Akan
membuat harga tinggi dan perekonomian memburuk
·
Cenderung
merusak sebuah manajemen yang baik
·
Membuat
kebijakan pemerintah menjadi kurang baik dan tepat
·
Menimbulkan
misalokasi sumberdaya
Sama seperti kaitan poin kedua tentang konsep
individualisme dan peran pemerintah, walaupun keterkaitannya berlawanan arah,
tetap saja ini dapat dikatakan sebuah kaitan, karena ide dan konsep yang lebih
awal ada menjadi bahan kritikan pihak setelahnya yang selanjutnya menjadi
sumber untuk membuat ide yang baru. Seperti itulah kira-kira.
5.
Division of
Labor atau Spesialisasi
Pandangan Adam Smith, pemeran kaum klasik, mengenai division of labor berkaitan dengan era merkantilisme
yang mana pada zamannya telah membuka jaringan pasar yang luas, orientasi
perdagangan kaum merkantilis ini membuat Smith berpikir bagaimana cara untuk
memaksimalkan efisiensi kegiatan di pasar tersebut, sehingga dalam hal ini
Smith mengatakan perlunya spesialisasi kerja. Yang selanjutnya pandangan ini dimaksudkan
untuk memacu efisiensi kerja, pertumbuhan output dan selanjutnya mengarah ke
pembangunan ekonomi yang lebih baik.
Jadi, memang pada kenyataannya, ide teori division of labor Smith ini secara tidak
langsung timbul oleh adanya konsep perdagangan Merkantilisme.
6.
Teori Upah
Merkantilisme melalui ahli ekonomi Oxford University,
Sir William Petty, telah menjelaskan tentang teori ini, di mana Petty
mengatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh biaya yang diperlukan untuk
menjaga agar pekerja dapat tetap bekerja. Dengan kata lain, upah ditentukan
oleh kebutuhannya untuk bisa tetap bekerja.
Sedangan mazhab klasik
melalui tokoh utamanya, Adam Smith, mengatakan bahwa keterampilan (skill) pekerja menjadi indikator penting
dalam menentukan besaran upahnya, bahkan tidak juga hanya diukur dari dari
waktu kerjanya saja dan skill inilah
yang juga akan menentukan nilai suatu barang.
7.
Teori Perdagangan Internasional
Teori ini merupakan inti pokok dalam
pandangan merkantilisme, bahwa kemajuan dan kemakmuran negara kebangasaan
bersangkut-paut dengan adanya surplus ekspor barang di atas impor dalam
perdagangan luar negeri (internasional). Surplus yang dimaksud itu bisa
menambah cadangan logam mulia seperti emas, yang dianggap sebagai unsur pokok
kekuatan negara, kemajuan bangsa dan kemakmuran masyarakat.
Mazhab
klasik melalui pemain peran lainnya, David Ricardo, yang menjelaskan teori
perdagangan internasional secara lebih spesifik, yaitu berdasarkan asas
keunggulan komparatif. Di bidang perdagangan
internasional , hal itu menyangkut kemampuan khusus atau keunggulan suatu negara
untuk membuat beberapa jenis barang dan jasa tertentu dengan lebih murah
(tingkat biaya murah) dibandingkan dengan keadaan di mana sumber daya dan
dananya dicurahkan untuk produksi jenis barang dan jasa yang lainnya, dan juga
keunggulan dalam hal produktivitas. Sedemikian rupa sehingga negara tersebut
dapat mewujudkan surplus perdagangan, seperti yang sudah diinginkan sebelumnya
oleh kaum merkantilis.
Oleh karena itu, menurut saya, ini
dapat dikatakan sebagai sebuah kaitan ide dan konsep teori perdagangan
internasional.
8.
Kebijakan Moneter terhadap Kenaikan Harga (Inflasi)
Kaum merkantilis yang memang sudah tidak asing dengan
hal yang berhubungan dengan logam mulia (seperti emas), berpendapat bahwa
semakin banyak emas (logam mulia) yang beredar,
tingkat harga akan semakin naik.
Hal tersebut pula yang sepertinya menjadi dasar ide
konsep kebijakan moneter yang dikemukakan oleh David Ricardo. Yang berpendapat
sama seperti di atas, sehingga diperlukannya penciptaan mata uang yang terdiri
atas uang kertas, yang dapat mengatasi permasalahan kenaikan harga tersebut.
Cara spesifiknya adalah dengan mengatur uang kertas yang dikeluarkan agar
sesuai dengan lalu lintas keluar-masuknya emas.
Kesimpulan Mini
Jadi, ide dan konsep mazhab klasik memang berasal dari
gagasan-gagasan yang sudah dibahas dan dibicarakan oleh pakar-pakar ekonomi
sebelumnya, hanya selanjutnya dikembangkan dan dikonsepkan dengan konsep yang agak
berbeda dan lebih matang. Dalam hal ini, kaum klasik harus banyak berutang budi
pada pemikir-pemikir dan penulis terdahulu dari masa merkantilisme.
Daftar Pustaka
Bahan Mengajar Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi oleh
Fakhruddin, S.E.,M.S.E. Fakultas Ekonomi, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Deliarnov. 2010. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Edisi Ketiga Revisi. Jakarta:
Rajawali Pers
Djojohadikusumo, Sumitro. 1991. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Edisi I.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
No comments:
Post a Comment