1.
Perubahan Suku Bunga Karena Ekspansi Siklus Usaha
Dalam siklus usaha yang ekspansif,
jumlah barang & jasa yang dihasilkan dalam perekonomian akan meningkat,
demikian pula untuk pendapatan nasioanl. Ketika hal itu terjadi, pengusaha akan
bersedia meminjam lebih banyak karena mereka berharap bisa mendapatkan
keuntungan dari peluang investasi yang membutuhkan pendanaan tersebut. Dengan
harga obligasi tertentu, jumlah obligasi yang dijual oleh perusahaan (Bs) akan
meningkat. Sehingga dapat dilihat pada grafik berikut ini :
·
Artinya,
dalam hal ini, kurva penawaran obligasi shift ke kanan dari Bs1 ke
Bs2
·
Hal ini
juga mempengaruhi kurva permintaan di mana teori permintaan aset menjelaskan
bahwa kurva permintaan obligasi akan naik juga, sehingga shift ke kanan dari Bd1
ke Bd2
·
Sehingga
didapatlah keseimbangan baru pada Bd2 dan Bs2 yang
menyebabkan harga obligasi turun dari P1 ke P2, yang
mendorong kenaikan suku bunga
Jadi, ekspansi siklus usaha dan
kenaikan pendapatan mendorong kenaikan suku bunga yang lebih tinggi dan akan
turun jika siklus usaha menuju resesi.
2.
Penjelasan Rendahnya Suku Bunga Jepang
Pada tahun 1990-an dan awal tahun
2000-an, suku bunga Jepang menjadi suku bunga paling rendah di dunia. Mengapa
suku bunga Jepang sampai tingkat yang sangat rendah? Hal ini disebabkan oleh
resesi yang sangat panjang dan deflasi (inflasi negatif) di Jepang, sehingga
cukup jelas suku bunganya akan rendah.
Lihat grafik berikut ini :
·
Inflasi
yang negatif menyebabkan permintaan obligasi meningkat karena perkiraan imbal
hasil obligasi naik secara relatif dan selanjutnya menyebabkan kurva Bd shift
ke kanan
·
Dan juga
menaikkan suku bunga riil, yang menyebabkan penawaran obligasi menurun dan
kurva Bs shift ke kiri
·
Kedua
shifting ini mendorong peningkatan harga obligasi dan penurunan suku bunga.
Jadi, kontraksi siklus usaha dan
berkurangnya peluang investasi akan mendorong penurunan suku bunga, di mana disebabkan
oleh menurunnya penawaran obligasi. Terdapat pemahaman yang menyesatkan bahwa
suku bunga yang rendah adalah lebih baik. Dalam kasus ini, Jepang mengalami
kesulitan yang besar dalam perekonomian (resesi) karena hal tersebut, jika
perekonomian Jepang kembali sehat akan membuat suku bunga normal kembali.
3.
Membaca Kolom ‘Credit
Markets’ Wall Street Journal
Analisa ini digunakan untuk memahami
pembahasan mengenai harga obligasi dan suku bunga yang muncul pada
berita-berita keuangan. Setiap hari, Wall
Street Journal melaporkan perkembangan pasar obligasi pada hari sebekumnya
yang disebut sebagai kolom “Credits
Markets”.
Kolom tersebut menceritakan bagaimana
harga obligasi Treasury meingkat
ketika pasar saham menuju kejatuhan. Ini persis dengan prediksi analisi
penawaran & permintaan yang tadi. Pelemahan di saham menunjukkan penurunan
perkiraan imbal hasil pada sekuritas tersebut, sehingga menaikkan perkiraan
imbal hasil relatif ada obligasi. Semakin tinggi perkiraan tersebut akan
menyebabkan jumlah yang diminta meningkat pada setiap harganya, sehingga
menggeser kurva permintaan ke kanan, hasilnya adalah kenaikan pada harga
keseimbangan dan turunnya suku bunga.
Kolom tersebut juga menjelaskan bahwa
untuk obligasi Treasury yang menembus
kisaran sekarang, seharusnya ada sinyal yang jelas dari turunnya pertumbuhan
atau meningkatnya inflasi. Analisis sebelumnya juga menghasilkan kesimpulan
yang sama karena perubahan perkiraan inflasi atau pertumbuhan ekonomi merupakan
faktor penting yang menentukan harga obligasi.
Kolom tersebut juga mencatat bahwa
penawaran obligasi dalam jumlah yang besar yang masuk ke pasar pada bulan depan
membuat para analisis melihat kecenderungan turunnya harga obligasi Treasury. Kondisi ini konsisten dengan
analisis penawaran dan permintaan yang sebelumnya mengenai pasar obligasi.
Meningkatnya penawaran akan menggeser kurva penawaran ke kanan, yang
menyebabkan harga keseimbangan turun.
Sumber:
Mishkin, Frederic S. 2011. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat
No comments:
Post a Comment