Tanggapan pribadi:
Negara yang kita bahas sekarang ini adalah Bangladesh, di mana kemiskinan sebesar 40% dari penduduknya yang secara umum sulit untuk memenuhi kebutuhan pokok di dalam kehidupannya dan membuang status kemiskinan mereka. Dengan kurangnya akses pendidikan di Bangla – sebutan akrab Bangladesh – yang menyebabkan banyak penduduknya yang terjebak dalam kemiskinan. Parahnya, penduduk yang berpendidikan pun tidak produktif sebagaimana mestinya.
Sehingga (yang menariknya), demi menyelesaikan masalah besar itu, sebagian besar penduduk di Bangla, menjual organ tubuhnya. Dan organ yang dijual tersebut adalah ginjal. Wow. Sebagian menjual untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, ada juga yang menggunakan uang hasil penjualannya untuk membayar utangnya (pada NGO). Lebih dari 200 orang telah melakukan hal tersebut selama 5 tahun belakangan ini.
Yang disayangkan, tidak sedikit pula penduduk yang tertipu oleh dokter ketika menjalani operasi pengambilan ginjalnya – banyak yang tertipu adalah seorang bocah dan orang dewasa yang tidak memiliki pendidikan – misalnya mengambil organ yang lain secara bersamaan dengan ginjalnya. Dan setelah itu, si bocah meninggal akibat transplantasi tersebut. Hmm.
Sudah sepantasnya Pemerintah Bangla mengeluarkan peraturan tentang penjualan ginjal yang seharusnya tidak boleh terjadi. Tentu, pemerintah juga harus melakukan upaya-upaya untuk mengurangi penduduk miskin di Negaranya.
Secara pribadi saya sangat prihatin dan mengutuk tindakan penjualan yang sangat merugikan dan tidak berguna ini. Bukan hanya di Bangladesh saja, tapi juga kejadian yang sama di seluruh dunia. Saya pernah membaca berita tentang hal sama yang terjadi di Cina, seorang bocah menjual ginjalnya demi mencukupi keuangannya untuk membeli iPhone 4. Tragically!
No comments:
Post a Comment