Translate Page

Tuesday, July 31, 2012

Kaitan Ide/Pemikiran & Konsep antara Merkantilisme dan Mazhab Klasik


Oleh: T. Bahran Basyiran

Beberapa kaitan ide atau pemikiran dan konsep antara era merkantilisme dan mazhab klasik adalah sebagai berikut :

1.    Literatur Ide dan Konsep Ekonomi
Suatu hal yang pantas dicatat selama era merkantilisme ialah tidak hanya perdagangan dan perekonomian yang maju pesat, perkembangan literatur juga meningkat pesat sekali. Kemajuan dalam tulisan-tulisan ekonomi maju dan baik dalam jumlah maupun mutu. Masa merkantilisme ditandai sebagai periode masing-masing orang menjadi ahli ekonomi bagi dirinya sendiri. Setiap orang mempunyai pendapat sendiri-sendiri, dan sayangnya sangat sulit digeneralisasi. Hal ini mungkin disebabkan kebanyakan penulis tidak berlatar belakang universitas, tetapi para pedagang yang menulis persoalan-persoalan ekonomi yang berhubungan dengan bisnis mereka. Sehingga orang-orang menganggap tulisan-tulisan mereka tersebut “berserakan”. Akan tetapi, dari tulisan-tulisan mereka inilah yang selanjutnya Adam Smith, kaum klasik, memperoleh banyak sumber untuk menulis bukunya dan tulisan-tulisannya.
Otomatis, literatur ide dan konsep kaum merkantilis yang “berserakan“ tersebut menjadi salah satu sumber dan pokok ide literatur yang digunakan kaum klasik untuk  menjelaskan konsepnya. Jadi memang ide dan konsep kaum klasik tidak terlepas dari punyanya kaum merkantilis.

2.    Posisi Makna Konsep Individualisme dan Peranan Pemerintah
Di era merkantilisme, negara ditempatkan sangat tinggi di atas individu-individu, dengan kata lain, pemerintah pada masa merkantilis mempunyai peranan penting dalam menetapkan kebijakan pada setiap individu (notabene individunya merupakan saudagar). Sebaliknya, menurut Adam Smith (ajaran klasik), kepentingan individulah yang mesti diutamakan. Bahkan tugas negaralah untuk menjamin terciptanya kondisi bagi setiap orang untuk bebas bertindak melakukan yang terbaik bagi diri mereka masing-masing. Mencegah monopoli, mempertahankan negara, menjaga ketertiban internal, dan mengatur barang publik bereksternalitas tinggi, itu semua juga merupakan peran pemerintah menurut Smith.
Jadi, menurut saya ini juga merupakan kaitan antara merkantilisme dan klasik, walaupun keterkaitannya yang berlawanan arah, merkantilis mengatakan peran pemerintah itu vital sedangkan klasik mengatakan tidak perlu adanya campur tangan pemerintah. Disini yang lebih awal muncul menjadi sumber yang setelahnya untuk membuat konsep yang baru. Sehingga hal tersebut tetap saja dapat disebut adanya kaitan.

Monday, July 30, 2012

Para Ahli/Penemu Ekonomi di Bidang Ilmu Mikroekonomi

1. Alfred Marshall

            Alfred Marshall (lahir 26 Juli 1842 di Bermondsey, London, Inggris, meninggal 13 Juli 1924 di Cambridge, Inggris) adalah salah satu ekonom paling berpengaruh pada zamannya. Bukunya, Principle of Economics (1890), adalah buku teks ekonomi yang dominan di Inggris selama bertahun-tahun. Ini mencetuskan ide-ide supply dan demand, utilitas marjinal dan biaya produksi menjadi satu kesatuan yang koheren. Dia dikenal sebagai salah satu pendiri ekonomi.

Karir
            Marshall lahir di Clapham, Inggris, 26 Juli 1842. Ayahnya adalah seorang kasir bank dan Injili yang taat. Marshall dibesarkan di pinggiran kota London dari Clapham dan dididik di Sekolah Merchant Taylor, Northwood dan College St John, Cambridge, di mana ia menunjukkan bakat dalam matematika, mencapai rangking Kedua di 1865 Cambridge Mathematical Tripos. Marshall mengalami krisis mental yang membuatnya untuk meninggalkan fisika dan beralih ke filsafat. Dia mulai dengan metafisika, khususnya "landasan filosofis pengetahuan, terutama dalam kaitannya dengan teologi". Metafisika menunjukkan Marshall tentang etika, khususnya versi Sidgwickian utilitarianisme; Etika, pada gilirannya, menyebabkan dia mengarah ke ekonomi, karena ekonomi memainkan peran penting dalam menyediakan prasyarat untuk perbaikan kelas pekerja. Bahkan ketika dia berpaling untuk ekonomi, pandangan etisnya terus menjadi kekuatan dominan dalam pemikirannya. 


Sunday, July 29, 2012

The Political Compass™

Welcome to The Political Compass (http://www.politicalcompass.org)


There's abundant evidence for the need of it. The old one-dimensional categories of 'right' and 'left', established for the seating arrangement of the French National Assembly of 1789, are overly simplistic for today's complex political landscape. For example, who are the 'conservatives' in today's Russia? Are they the unreconstructed Stalinists, or the reformers who have adopted the right-wing views of conservatives like Margaret Thatcher?
On the standard left-right scale, how do you distinguish leftists like Stalin and Gandhi? It's not sufficient to say that Stalin was simply more left than Gandhi. There are fundamental political differences between them that the old categories on their own can't explain. Similarly, we generally describe social reactionaries as 'right-wingers', yet that leaves left-wing reactionaries like Robert Mugabe and Pol Pot off the hook.
That's about as much as we should tell you for now. After you've responded to the following propositions during the next 3-5 minutes, all will be explained. In each instance, you're asked to choose the response that best describes your feeling: Strongly Disagree, Disagree, Agree or Strongly Agree. At the end of the test, you'll be given the compass, with your own special position on it.
The test presented on this website is entirely anonymous. None of your personal details are required, and nothing about your result is recorded or logged in any way. The answers are only used to calculate your reading, and cannot be accessed by anyone, ever.
Our sister application on Facebook does log scores, but the information is used only for social networking purposes, and is visible only within the user's personal network. We do not give anyone's score to outside organisations. If you don't want your score logged, don't use the Facebook app.
The idea was developed by a political journalist with a university counselling background, assisted by a professor of social history. They're indebted to people like Wilhelm Reich and Theodor Adorno for their ground-breaking work in this field. We believe that, in an age of diminishing ideology, a new generation in particular will get a better idea of where they stand politically - and the sort of political company they keep.
So are you ready to take the test? Remember that there's no right, wrong or ideal response. It's simply a measure of attitudes and inevitable human contradictions to provide a more integrated definition of where people and parties are really at. Click here to start.

Thursday, July 26, 2012

Ten Key Principles in Economics by Professor Gregory Mankiw

(Re-blogged from Prof Gregory Mankiw's Blog)


Everything has a cost. There is no free lunch. There is always a trade-off.

Cost is what you give up to get something. In particular, opportunity cost is cost of the tradeoff.

One More. Rational people make decisions on the basis of the cost of one more unit (of consumption, of investment, of labor hour, etc.).

iNcentives work. People respond to incentives.

Open for trade. Trade can make all parties better off.

Markets Rock! Usually, markets are the best way to allocate scarce resources between producers and consumers.

Intervention in free markets is sometimes needed. (But watch out for the law of unintended effects!)

Concentrate on productivity. A country’s standard of living depends on how productive its economy is.

Sloshing in money leads to higher prices. Inflation is caused by excessive money supply.

!!! Caution: In the short run, falling prices may lead to unemployment, and rising employment may lead to inflation.

What I've been watching


(Re-blogged from Prof Greg Mankiw's Blog)

I am a latecomer to this, but a friend suggested to me that I would enjoy the TV show Breaking Bad, and boy was he right. It has occupied me almost every evening for the past month, as I have caught up to the current season five.

The show tells the story of a particularly destructive mid-life crisis, as a mild-mannered high school teacher slowly descends into the underworld of drug manufacturing. It is not the best TV drama of all time (I would probably vote for The Wire), but it is close. It is important to watch in sequence, so be sure to start with season one.


Re-blogged this because I have watched this movies too. And I agree with all his words on posted.

Introduction to Algebra: Math Help Summary


  1. Variables 
  2. Expressions 
  3. Equations 
  4. Solution of an equation 
  5. Simplifying equations 
  6. Combining like terms 
  7. Simplifying with addition and subtraction 
  8. Simplifying by multiplication 
  9. Simplifying by division 
  10. Word problems as equations 
  11. Sequences 

 

Sunday, July 15, 2012

Pertumbuhan Ekonomi

Oleh: Dr Bambang Heru Direktur Statistik Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan BPS dan Sekretaris Ikatan Perstatistikan Indonesia (ISI), atau Statistika Indonesia. 

Tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan indikator kinerja makro yang sangat populer, dan dalam hitungannya merupakan derivasi dari PDB (produk domestik bruto) atau GDP (gross domestic product). Popularitasnya disebabkan banyaknya kaitan penggunaan indikator tersebut dengan kegunaan praktis dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan. Sering kita baca/dengar berita dari media tentang tingkat defisit anggaran, pendapatan per kapita, investasi, maupun kontribusi ekonomi sektoral, yang semuanya dikaitkan dengan besaran PDB. 

Di tengah meluasnya penggunaan indikator tersebut, masih sering terjadi salah tafsir sehingga masyarakat seolah dihadapkan kepada anomali, dan secara ekonomi merugikan. Ada pendapat, apabila pertumbuhan ekonomi tinggi, secara otomatis seluruh masyarakat akan tambah sejahtera serta kemiskinan dan pengangguran berkurang. Benarkah analisis tersebut? Mungkin benar, tetapi tidak sepenuhnya, atau bahkan mungkin sebaliknya. 

Sesuatu yang sering dibanggakan banyak pihak adalah bahwa di tengah krisis ekonomi dunia, ekonomi Indonesia masih tumbuh 4,5% (2008 sebesar 6%). Dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,34%, jelas ekonomi per kapita rata-rata masih tumbuh di atas 3%. Namun, kesimpulan akan lain apabila dimasukkan variabel pemerataan, dan di sinilah masalah muncul sehingga analisis yang berbasis pertumbuhan tanpa mengacu kepada pengertian konsep dan definisi serta tata cara penghitungannya sering membuat kesimpulan menjadi bias. Kalau hanya sebagai kajian akademis masih 'baik-baik saja'. Celakanya apabila digunakan untuk kebijakan ekonomi, bisa menjerumuskan dan merugikan. 

Secara konseptual, setiap aktivitas ekonomi akan menghasilkan nilai tambah (value added)-–nilai yang ditambahkan atas nilai bahan baku/input antara--yang merupakan balas jasa faktor produksi--tenaga kerja, tanah, modal, dan kewiraswastaan. Penjumlahan value added di suatu wilayah teritorial (Indonesia) dan dalam selang waktu tertentu (triwulan, setahun) menghasilkan PDB wilayah tersebut. 

Dengan demikian, penguasaan faktor produksi menentukan kepemilikan nilai tambah. Selanjutnya, pertambahan riil PDB dalam triwulan/setahun dinamakan pertumbuhan ekonomi triwulan/tahun bersangkutan. Kata riil mengacu kepada PDB yang telah 'dihilangkan' inflasinya sehingga pertumbuhan ekonomi sudah 'bersih' dari pengaruh perubahan harga dan merupakan pertumbuhan jumlah 'kuantitas' produk. 

Benarkah pertumbuhan yang terjadi telah menyejahterakan masyarakat? 

Masalah penguasaan faktor produksi dan besaran kontribusi sektoral menjadi faktor nyata 'melesetnya' interpretasi yang merugikan masyarakat, dan berikut ini diberikan uraian anomali akibat salah interpretasi. 

Sejarah Pemikiran Ekonomi Praklasik, Klasik, Sosialis dan Neoklasik


Sejarah Pemikiran Ekonomi Kaum Merkantilisme
·       Merkantilis merupakan model kebijakan ekonomi dengan campur tangan pemerintah yang dominan, proteksionisme serta politik kolonial, ditujukan dengan neraca perdagangan luar negeri yang menguntungkan .
·      Pemikiran-pemikiran ekonomi lahir pada kaum merkantilis disebabkan adanya pembagian kerja yang timbul di dalam masyarakat, pembagian kerja secara teknis dan pembagian kerja teritorial, yang selanjutnya akan mendorong perdagangan internasional.
·   Pemikiran ekonomi kaum merkantilis merupakan suatu kebijakan yang sangat melindungi industri, dalam negeri, tetapi menganjurkan persaingan, sementara itu terjadi pembatasan-pembatasan yang terkontrol dalam kegiatan perdagangan luar negeri, kebijakan kependudukan yang mendorong keluarga dengan banyak anak, kegiatan industri di dalam negeri dengan tingkat upah yang rendah. Proteksi industri yang menganjurkan persaingan dalam negeri, dan tingkat upah yang rendah mendorong ekspor.
·       Teori kuantitas uang didasarkan pada jumlah uang yang beredar mempengaruhi tingkat bunga dan tingkat harga barang. Ke luar masuknya logam-logam mulia mempengaruhi tingkat harga di dalam negeri serta jumlah uang yang beredar, dan kecepatan uang beredar.
·       Kebijakan ekonomi lebih bersifat makro, hal ini berhubungan dengan tujuan proteksi industri di dalam negeri, dan menjaga rencana perdagangan yang menguntungkan, hal ini dilakukan dalam usaha meningkatkan peranannya dalam perdagangan internasional dan perluasan-perluasan kolonialisme.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Kaum Pisiokrat
·       Mazhab Pisiokrat tumbuh sebagai kritik terhadap pemikiran ekonomi Merkantilis, tokoh pemikir yang paling terkenal pada mazhab ini adalah Francois Quesnay. Sumbangan pemikiran yang terbesar dalam perkembangan ilmu ekonomi adalah hukum-hukum alamiah, dan menjelaskan arus lingkaran ekonomi.
·       Inti pemikiran utama dalam mazhab Pisiokrat adalah dituangkan dalam tabel ekonomi yang terdiri dari classe productive dari kaum petani, classe des froprietaires dari kaum pemilik tanah, classe sterile atau classe stipendile yang meliputi kaum pedagang dan industriawan dan classe passieve adalah kaum pekerja.
·       Pemikiran ekonomi kaum Pisiokrat yang menonjol dalam perkembangan ilmu ekonomi selain lingkaran arus ekonomi dalam tabel ekonomi yaitu tentang teori nilai dan harga yang terbagi menjadi tiga yaitu harga dasar barang-barang, harga penjualan dan harga yang harus dibayar konsumen. Teori uang yang dikemukakannya adalah sebagai tabir uang (money is veil) dan perlunya pengenaan pajak untuk kepentingan ekonomi.
·       Sumbangan pemikiran ahli Pisiokrat lain yaitu Jaques Turgot mempunyai dua sumbangan utama terhadap pemikiran ekonomi yakni teori uang sebagai tabir, dan teori fruktifikasi. Teori uang sebagai tabir yang mempersulit pengamatan fenomena ekonomi. Namun demikian pemikiran ini merupakan gagasan ke arah menemukan dasar satuan perhitungan yang ia, tetapi dikemukakan atas transaksi barter dengan nilai alat tukar dapat berubah-ubah karena jumlahnya.